Risya Saumi R(0609u091)
MORFOLOGI CITRA
MORFOLOGI CITRA
Citra adalah gambar dua dimensi yang
dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinu menjadi gambar diskrit
melaui proses sampling.
Morgologi adalah ilmu yang mempelajari seluk
beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi sematik.
Operasi morfologi adalah teknik pengolahan citra yang
didasarkan pada bentuk segmen region dalam citra. Karena difokuskan pada bentuk
objek, maka operasi ini biasanya diterapkan pada cita biner. Biasanya segmen
tadi didasarkan pada objek yang menjadi perhatian. Segmentasi dilakukan dengan
membedakan antara objek dan latar, antara lain dengan memanfaatkan operasi pengembangan yang
mengubah citra warna dan skala keabuan manjadi citra biner.
Hasil operasi morfologi dapat dimanfaatkan untuk pengambilan
keputusan dengan analisis lebih lanjut. Operasi ini antara lain meliputi: pencarian
batas/kontur,dilasi, penutupan, pembukaan, pengisian, pelabelan, dan
pengerangkaan
1) Pencarian Batas/Kontur
Operasi ini digunakan untuk menentukan batas/kontur dari segmen obyek.
2) Dilasi
Operasi dilasi dilakukan untuk memperbesar ukuran segmen obyek dengan menambah lapisan di sekeliling obyek.
3) Erosi
Operasi erosi adalah kebalikan dari operasi dilasi. Pada operasi ini, ukuran obyek diperkecil dengan mengikis sekeliling obyek.
4) Penutupan(Closing)
Operasi penutupan adalah kombinasi antara operasi dilasi dan erosi yang dilakukan secara berurutan. Citra asli didilasi terlebih dahulu, kemudian hasilnya dierosi.
5) Pembukaan(Openig)
Operasi pembukaan juga merupakan kombinasi antara operasi erosi dan dilasi yang dilakukan secara berurutan, tetapi citra asli dierosi terlebih dahulu baru kemudian hasilnya didilasi.
6) Pengisian(Filling)
Pada operasi ini, citra masukan adalah citra batas/kontur, kemudian dilakukan pengisian sehingga diperoleh segmen obyek yang pejal/solid.
7) Pengerangkaan(Skeletonization)
Pengerangkaan adalah suatu proses pengikisan sebuah obyek sebanyak mungkin dengan tetap mempertahankan bentuk umum dari polanya. Dengan kata lain, setalah sebagian besar titik pada obyek tersebut dihilangkan, maka pola dari obyek tersebut harus tetap dapat dikenali. Pola yang tertinggal ini disebut sebagai kerangka (skeleton), di mana sifat-sifatnya adalah:
a) Ketipisan : kerangka objek berukuran setipis mungkin (1 atau 2 titik).
b) Konektivitas: kerangka dari suatu obyek terhubung satu sama lain sesuai dengan topologi pola aslinya.
c) Posisi: letak kerangka berada tepat di tengah obyek.
d) Stabilitas: setelah suatu bagian kerangka diperoleh, maka bagian tersebut tidak akan terkikis lagi oleh operasi pengikisan berikutnya.
Operasi ini digunakan untuk menentukan batas/kontur dari segmen obyek.
2) Dilasi
Operasi dilasi dilakukan untuk memperbesar ukuran segmen obyek dengan menambah lapisan di sekeliling obyek.
3) Erosi
Operasi erosi adalah kebalikan dari operasi dilasi. Pada operasi ini, ukuran obyek diperkecil dengan mengikis sekeliling obyek.
4) Penutupan(Closing)
Operasi penutupan adalah kombinasi antara operasi dilasi dan erosi yang dilakukan secara berurutan. Citra asli didilasi terlebih dahulu, kemudian hasilnya dierosi.
5) Pembukaan(Openig)
Operasi pembukaan juga merupakan kombinasi antara operasi erosi dan dilasi yang dilakukan secara berurutan, tetapi citra asli dierosi terlebih dahulu baru kemudian hasilnya didilasi.
6) Pengisian(Filling)
Pada operasi ini, citra masukan adalah citra batas/kontur, kemudian dilakukan pengisian sehingga diperoleh segmen obyek yang pejal/solid.
7) Pengerangkaan(Skeletonization)
Pengerangkaan adalah suatu proses pengikisan sebuah obyek sebanyak mungkin dengan tetap mempertahankan bentuk umum dari polanya. Dengan kata lain, setalah sebagian besar titik pada obyek tersebut dihilangkan, maka pola dari obyek tersebut harus tetap dapat dikenali. Pola yang tertinggal ini disebut sebagai kerangka (skeleton), di mana sifat-sifatnya adalah:
a) Ketipisan : kerangka objek berukuran setipis mungkin (1 atau 2 titik).
b) Konektivitas: kerangka dari suatu obyek terhubung satu sama lain sesuai dengan topologi pola aslinya.
c) Posisi: letak kerangka berada tepat di tengah obyek.
d) Stabilitas: setelah suatu bagian kerangka diperoleh, maka bagian tersebut tidak akan terkikis lagi oleh operasi pengikisan berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar